menu

Rabu, 27 Oktober 2010

Polusi Timbal Bikin Bodoh!

Pencemaran udara di kota-kota besar Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Polutan yang berasal dari pembakaran kendaraan bermotor yang mengandung timbal dapat membuat anak-anak tumbuh menjadi generasi yang tidak cerdas.
Bensin bertimbal masih digunakan di Indonesia. Baru beberapa kota saja yang sudah mengganti bensin dengan bensin tanpa timbal. Sungguh sangat disayangkan, mengingat hampir seluruh negara di wilayah Asia sudah tidak menggunakan bensin bertimbal.
“Tinggal Indonesia dan Laos,” ujar Ir. Puji Lestari, Ph.D, ahli polusi udara dari ITB, tentang negara yang masih memakai bensin bertimbal.
Thailand mengganti bahan bakar, terutama untuk transportasi publiknya, dengan gas, sehingga tingkat cemaran udara yang mengandung timbal sudah menurun drastis. Terbukti, ujar staf pengajar dan peneliti di Teknik Lingkungan ITB ini penggantian bahan bakar tersebut berpengaruh besar terhadap kadar timbal di udara.
Setahun setelah tidak menggunakan timbal pada bahan bakar, terjadi penurunan polusi yang signifikan. Hal yang sama terjadi di Jakarta tahun 2001-2002 seperti dilakukan Pusarpedal,” tuturnya.
IQ Turun
Timbal sebagai polutan berdampak buruk bagi kesehatan. Golongan yang sangat rentan terpapar timbal adalah anak-anak yang sedang bertumbuh kembang, juga wanita hamil dan menyusui. Timbal merusak susunan saraf pusat, sehingga bisa menyebabkan keguguran atau anak lahir dengan retardasi mental.
Sementara pada anak, penelitian yang dilakukan oleh DR. Puji, menunjukkan hal yang mengenaskan. Dari 400 murid yang jadi responden, kadar timbal dalam darahnya rata-rata sudah melampaui ambang batas 10 mkg/dL.
Analisis kadar timbal dilakukan dengan mengambil sampel darah setiap siswa tersebut. Ditambahkan doktor lulusan Illinois Institute of Technology, AS ini cara yang dilakukannya adalah yang paling mudah dan cepat. Juga memberikan indikasi yang jelas terhadap pencemaran timbal dalam tubuh.
Sifat timbal berakumulasi dalam darah bisa mengindikasikan berapa banyak kadarnya. Selagi orang masih terpapar udara yang mengandung timbal, timbal akan terus ada di dalam darahnya.
Cara lain untuk mengetahui kadar timbal adàlah analisis rambut. Dijelaskan oleh Dr. Agustin Kusumayati, MSc., staf pengajar Kesehatan Lingkungan FKM UI, bila rambut yang dianalisis, biasanya kadar timbalnya sudah tinggi.
Tubuh sebenarnya mampu mengeluarkan timbal. Diperlukan waktu 35 hari untuk mengeluarkannya. Sayangnya, bila setiap hari tubuh terpapar timbal, tidak ada waktu untuk mengeluarkannya. Akibatnya, timbal akan menumpuk di dalam tubuh.
Bila sudah sampai terakumulasi di dalam tulang, akan sulit dikeluarkan. Kalau sudah begini, perlu waktu lama untuk mengeluarkannya.
Dampak timbal yang melebihi ambang batas dalam tubuh anak, bisa menurunkan kecerdasan intelektual (IQ) dan konsentrasi. Hingga ambang 10 mkg/dL, IQ anak bisa turun hingga 2,5 poin. Beberapa penelitian yang dilakukan di luar negeri menyebutkan, penurunan itu sampai 5,7 poin. Dalam konsentrasi yang lebih tinggi, lebih dari 30 mkg/dL, dapat menyebabkan anemia.
Konsumsi Kalsium
Menurut DR. Puji, anak yang mempunyai kadar timbal lebih dari ambang batas hendaknya diberi suplemen kalsium. Konsumsi makanan tinggi kalsium akan mengisolasi tubuh dari paparan timbal yang baru.
Dengan kata lain, paparan timbal yang baru akan dihadang oleh kalsium, sehingga tidak bisa masuk ke dalam aliran darah. Dengan begitu, timbal yang ada dalam darah bisa keluar. Di luar negeri, dikatakan Puji, kelasi pada anak sudah biasa dilakukan untuk membantu mengeluarkan timbal.
Pencemaran udara yang disebabkan pembakaran bahan bakar, terutama dari sektor transportasi, berkontribusi cukup besar. Karena itu, sudah selayaknya dilakukan penanggulangan berupa manajemen lalu lintas yang baik dan mengganti bahan bakar bertimbal dengan bahan bakar tanpa timbal.
Di sisi lain, untuk meminimalisasi paparan timbal terhadap anak, orangtua hendaknya membekali saputangan untuk menutup mulut dan hidung saat ada polusi udara. Memang tidak terlalu efektif, terlebih partikel timbal cukup kecil ukurannya, sehingga masih ada kemungkinan untuk melewati saputangan.
“Tetapi, cara itu lebih baik daripada tidak menggunakan sapu tangan sama sekali,” ujar DR Puji.
Mereka juga perlu diberi makanan berkalsium tinggi.
Tak Ada Beda antara Murid Perempuan dan Laki-laki
Penelitian ini melibatkan 400 siswa dari 40 SD di 25 kecamatan di Kota Bandung. Seluruh siswa diambil darahnya untuk dilakukan pengujian kadar timbal.
Dari pengukuran kadar timbal dalam darah atau blood lead level (BLL), rata-rata adalah 14,133 mkg/dL. Dari 400 siswa tersebut sebanyak 34,5 persen memiliki kadar timbal dalam darah kurang dari 10 mkg/dL dan 65,5 persen lebih dari 10 mkg/dL!
Rata-rata kadar timbal tertinggi ditemukan pada kelompok anak usia 11 tahun yaitu 17 mkg/dL serta kelompok usia 10 tahun, sebesar 14,746 mkg/dL. Kadar timbal terendah ada pada kelompok anak usia 7 tahun, yaitu 12,191 mkg/dL.
Setengah dari jumlah responden juga menjalani pengujian IQ. Meski tidak dilaporkan nilainya, hasil pengujian itu menunjukkan kadar timbal berbanding terbalik atau berkorelasi negatif dengan poin IQ anak.
Responden dengan kadar timbal tinggi menunjukkan poin IQ yang menurun. Ini berarti, kadar timbal yang tinggi menurunkan tingkat kecerdasan anak. Bukan hanya itu, kadar timbal tinggi juga mengganggu konsentrasi belajar anak.
Berdasarkan data, rata-rata BLL anak laki-laki adalah 14,766 mkg/dL, dan anak perempuan 13,745 mkg/dL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap BLL, Baik anak laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk terpapar timbal.
Dari 400 anak yang diambil contoh darahnya, sekitar 40,8 persen berusia 9 tahun dan 8 tahun sekitar 29,8 persen. Anak termuda berusia 5 tahun dan tertua 11 tahun. Mayoritas siswa yang dilibatkan adalah pelajar kelas 3 SD, sebanyak 38,5 persen dan kelas 4 SD sekitar 37 persen.
Dari jenis kelamin, jumlah anak laki-laki yang terlibat 172 orang atau 43 persen, sisanya anak perempuan. Mayoritas anak berasal dari keluarga golongan menengah sebanyak 156 anak (39 persen).
Rata-rata pengeluaran per bulan untuk kebutuhan sehari-hari Rp 501 ribu — 10 juta. Mayoritas pekerjaan orangtua adalah pedagang, sebanyak 136 orang, dan pegawai swasta 114 orang.

18 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. seharusnya kita sebagai sesama manusia mengurangi penggunaan bahan bakar bertimbal dan mencegah terjadinya penurunan kesehatan (IQ) dengan cara mengganti bahan bakar bertinbal dengan bahan bakar non timbal seperti di negara-negara lainnya. JIka upaya tersebut tidak segera dilaksanakan maka Indonesia akan semakin jauh ketinggalan dari negara-negara lainnya. Ayo mulai dari diri sendiri !!!

    BalasHapus
  3. iyahhh bnr bangett!!!!
    seharusnya qt mengganti bahan bakar non timbal untuk mengurangi kadar polutan dalam tubuh anak...karena dampak timbal bagi kehidupan manusia sangat berbahaya..dari anak-anak sampai orang tua..

    Kalau hal ini didiamkan saja,bisa-bisa anak-anak Indonesia menjadi tidak maju, dan ketinggalan dari negara-negara lain...
    maka dari itu Qt perlu meningkatkan lagi Lingkungan sekitar agar tidak tercemar dari udara...
    Keep spiriiiiitttt!!!!!!!
    jngn mudah menyerah!!!!!!

    BalasHapus
  4. seharusnya Indonesia bisa meniru negara-negara tetangga untuk mengganti bahan bakar bertimbal dengan bahan bakar nontimbal. Jika mereka bisa mengapa kita tidak ???? Jika terus dibiarkan maka anak-anak diIndonesia akan semakin jauh tertinggal dan terpuruk di banding anak-anak di luar negeri. Padahal Sumber Daya yang ada di Indonesia bisa di bilang "lebih" dari yang lainnya, tapi kenapa anak bangsanya terpuruk ? Selain itu pemerintah juga harus lebih memperhatikan anak-anak dari keluarga tidak mampu dengan memberikannya makanan yang bergizi agar mereka tumbuh cerdas.


    Indonesia harus lebih bersih !!! kalau bisa di adakan pembatasan pengeluaran kendaraan bermotor agar udara yang kotor itu dapat sedikit teratasi......


    Indonesia harus tunjukan "merah"nya untuk maju melebihi bangsa lain, dan Indonesia harus jadi "putih" seputih benderanya........

    BalasHapus
  5. seharusnya orang-orang mengganti bahan bakar timbal dengan non timbal....apalagi hanya 2 negara yaitu Indonesia dan Laos saja...
    apalagi Indonesia kan populasi kehidupannya banyak...yang pasti dengan adanya bahan bakar timbal ini adalah salah satu polutan yang berbahaya untuk kesehatan untuk kedepannya..


    yaitu khususnya untuk balita, dan ibu hamil dan menyusui...yang pastinya generasi penerus nantinya seperti merusak susunan saraf dll..Jika pemerintah tidak bertindak cepat,maka kita akan ketinggalan dengan negara-negara lain yang lebih dulu merubah bahan bakar...

    BalasHapus
  6. setidaknya....kita sbg penerus bangsa,menanggapi hal ini...dg giat belajar agar dapat menciptakan bahan bakar tanpa polusi atau non timbal.....

    syukuri pemberian TUhan(yaitu kaki) untuk berjalan...
    atau kita bersepeda saja
    biar tetep sehat dan tanpa polusi....
    tidak usah manja....
    oke?!!!!

    BalasHapus
  7. sengaknya ,kita menggunakan penutup hidung / masker di mana pun kita pergi agar tidak menghirup udara yang terkena polusi yang di sebabkan oleh bahan bakar timbal secara langsung

    ( wulan )

    BalasHapus
  8. Ngeri banget keadaan Indonesia sekarang,
    Ya maklum Indonesia bukan negara modern jadi sudah layak kalau Indonesia masih menggunakan bahan bakar mengandung timbal.Namun setidajnya pemerintah lebih memperhatikan kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar,tapi apa boleh buat?? Indonesia balum bisa seperti negara maju lainnya.
    Ya berdoa aja semoga Indonesia cepat mengurangi bahan bakar denan kadar timbal yang sangat tinggi karena kasian semua masyarakat Indonesia kalau hidup seperti ini.

    BalasHapus
  9. pemerintah harus tanggap dan cepat dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi bangsa ini.
    jangan lama-lama mengambil keputusan, karena kalau terlalu lama maka dampaknya akan semakin meluas, serta orang orang di Indonesia akan semakin jauh ketinggalan dengan negara lain.
    Jika Indonesia semakin jauh ketinggalan tidak menutup kemungkinan negara kita tercinta akan terjajah kembali.

    "apakah kita mau kalau negara kita tercinta ini terjajah kembali???"

    untuk itu marilah kita berjuang mengurangi dampak timbal.

    BalasHapus
  10. mengetahui banyaknya dampak negatif dari dampak pembakaran berbahan bakar timbal sebagiam besar mengakibatkan rakyat Indonesia bodoh....
    semakin lama di biarkan maka semakin banyak pula rakyat Indonesia yang bodoh, karena mempengaruhi retardasi mental juga mengurangi IQ anak.
    untuk menanggulangi dampak negatif dari pembakaran kendaraan bermotor pemerintah seharusnya mengawasi penggunaan timbal, serta mengganti timbal sebagai bahan bakar dalam pembakaran bermotor dengan alternatif lainnya yang ramah lingkungan.

    BalasHapus
  11. Wah.....wah....wah......!
    Sungguh memprihatinkan rakyat Indonesiaaku tercinta.....
    Penggunaan bahan bakar yang mengandung timbal memang sudah sangat erat dengan masyarakat Indonesia...Nah, yang seperti inilah yang sulit untuk di hilangkan?di musnahkan.Hal seperti itu hanya dapat di kurangi yaitu dengan cara mengurangi penggunaan bahan bakar yang mengandung timbal,dan menggantinya dengan bahan bakar yang ramah lingkungan atau hal itu juga dapat di kurangi dengan cara kurangi penggunaan kendaraan bermotor.Tetapi hal itu jelas sulit untuk di lakukan.Mengingat banyaknya korban mulai dari anak-anak hingga ibu hamil,maka masyarakat juga harus ikut berpartisipasi untuk turut serta dalam meminimalisir polusi udara yang timbul dari bahan bakar tersebut.....!
    TERIMA KASIH........!!!!!

    BalasHapus
  12. yapz betul banget itu...
    jika kita ingin menyelamatkan bumi ini dari polusi semacam itu,, harusnya kita bisa sadar diri bahwa apa yang setiap harinya kita lakukan
    berdampak buruk bagi kelangsungan hidup kita masing-masing...
    misalnya pada masalah di atas,baiknya kita dapat meminimalisir polusi dengan cara mengganti bahan bakar timbal dengan yang nontimbal...
    emm, sekian dan terima kasih.....^_^...


    (ajeng)

    BalasHapus
  13. Seharusnya semua orang mengganti bahan bakar timbal menjadi bahan bakar nontimbal. karena dengan demikian bisa mengurangi polusi yang terjadi di lingkungan sekitar. Dengan begitu keadaaan lingkungan sekitar menjadi bersih dan polusi bisa berkurang. Jika hal demikian itu dilakukan akan berdampak positif bagi kita semua.

    Selain itu Sumber Daya yang dimiliki bisa lebih bertambah dan memiliki kualitas yang lebih bila di banding dengan negara lain.Tapi jika hal itu tidak dlaksanakan kemungkinan besar akan berdampak negatif bagi bangsa salah satunya adalah kualitas Sumber Daya ( baik Alam maupun Manusia).

    BalasHapus
  14. seharusnya indonesia cepat-cepat mengaganti bahan timbal dengan non timbal,karena bahan bakar tmbal sangat membahayakan bagi masyarakat,.,..
    agar indonesia menjadi negara yang aman dan tentram tidak ada pencemaran polusi,.,.,,
    terimakasih,.,.,

    BalasHapus
  15. wahh.... ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah untuk berusaha mengurangi penggunaan bahan bahan dari timbal seharusnya pemerintah bisa mencari alternatif lain untuk bahan bakat kendaraan . Kini zaman semakin canggih kita bisa memanfaatkan tenaga matahari sebagai tanaga penggerak. Atau bisa menggunakan bahan bakar dio diesel yang lebih ramah lingkungan . Cara yang mudah kita lakukan untuk mengurangi polusi udara yaitu dengan cara penghijauan . Marilah kita bersama-sama menjaga kelestrian alam !!! agar manfaatnya bisa terus kita nikmati

    BalasHapus
  16. menurut saya, pemerintah harus mulai peduli dengan hal itu! dan, jangan menganggap remeh hal itu!
    karwena, bila masih menggunakan bahan bakar timbal, akan mengankibatkan dampak yang serius bagi semua orang!
    seperti, akan menurunkan kecerdasan anak dan anak Indonesia tidak akan menjadi harapan bangsa dan meneruskan cita-cita bangsa.

    Dan, seru juga kalau kita ke mana-mana jalan kaki atau naek sepeda!
    Apa lagi sama yemend-temend!!!
    haha...
    gg kebayang serunya!!
    Udah ga kena polusi, menyehatkan lagi...
    T.T

    BalasHapus
  17. menurut saya... hal yang paling penting pada saat ini pemerintah harus mengeluarkan peraturan tentang pemakaian bahan bakar mengadung timbal yg dapat mengakibatkan polusi. Pemerinta bersama warga negara hrus menguragni atau menganti dengan bahan nonotimbal....
    Pada orang tua jga harus memperhatikan bagai mana perkembangan anak,,,saat ini....
    AYOOO NONTIMBAL SEHAT PINTAR ANAK BANGSA.....!!!

    BalasHapus
  18. menurut saya... hal yang paling penting pada saat ini pemerintah harus mengeluarkan peraturan tentang pemakaian bahan bakar mengadung timbal yg dapat mengakibatkan polusi. Pemerinta bersama warga negara hrus menguragni atau menganti dengan bahan nonotimbal....
    Pada orang tua jga harus memperhatikan bagai mana perkembangan anak,,,saat ini....
    AYOOO NONTIMBAL SEHAT DAN PINTAR ANAK BANGSA.....!!!

    BalasHapus